Pada Heboh FOMO


"ngga edgy rasanya kalau belum posting story liburan tadi" 

"kok dia tiap weekend selalu liburan, sering nongkrong di coffeeshop"

"kok dia kayak ngga pernah ada masalah, happy terus" ATAU

banyak membuang waktu untuk scroll sosmed agar tidak ketinggalan berita atau selalu up to date dan memaksa untuk selalu mengikuti trend fashion, makanan, bahkan tempat - tempat yang lagi viral di media sosial biar terlihat kekinian.

Dari beberapa contoh diatas, apakah kamu sedang mengalami itu? Kalau iya, berarti kamu sedang terkena virus FOMO 😱.

Istilah FOMO sebenarnya emang udah ada dari tahun 1996 oleh Dr. Dan Herman dalam tulisannya, namun term of  FOMO ini lagi banyak dibicarakan oleh kaum muda. 

Fear of Missing Out atau FOMO ini banyak terjadi pada anak muda yang sedang kesepian, sering overthinking, kurang percaya diri, dan punya rasa cemas berlebih jika ketinggalan berita dan semacamnya. Menurut  verrywellmind, FOMO refers to the feeling of perception than others are having more fun, living better lives, or experiencing better things than you are. He involves a deep sense of envy and affects self esteem. It is often exacerbated by social media sites like Instagram and Facebook. 

Jadi, orang yang lagi kena virus FOMO ini dicirikan selalu comparing dirinya dengan orang lain, selalu melihat gaya hidup, cerita, dan kehidupan orang lain di media sosial. Hal ini akan menimbulkan persaingan satu sama lain dalam berbagai hal dan akan selalu mengarah pada hal yang negatif. Penelitian yang dilakukan oleh Department of Psychology, School of Social Sciences, Nottingham Trent University di Inggris, menyebutkan bahwa FOMO dapat menyebabkan orang berlaku di luar batas kewajaran di media sosial dan mereka juga bisa memasang gambar, tulisan, atau bahkan mempromosikan diri yang belum tentu jujur hanya demi terlihat update. Ironisnya mereka dianggap sebagai mencari sensasi dan kebahagiaan di media sosial. 

Banyak orang yang masih menganggap sepele terhadap gejala - gejala FOMO, namun faktanya FOMO dapat memberikan dampak yang serius bagi kehidupan si orang tersebut. Dampak pertama adalah dapat menyebabkan gangguan mental karena kecemasan atau ketakutan berlebih. Jika tidak ada kontrol dari lingkungan eksternal (keluarga, teman, pasangan, dll) dan lingkungan internal yaitu diri sendiri, maka gangguan mental yang dirasakan semakin parah dan menyebabkan penyakit mental yang serius. Dampak kedua adalah menurunkan citra diri dan tingkat kenyamanan atau kepuasaan terhadap diri sendiri semakin rendah. Hidup seolah - olah hanya berpacu pada standar orang lain, pada apa yang selalu dilakukan society. Sehingga terlalu sibuk untuk melihat rumput tetangga, walaupun rumput sendiri juga perlu untuk diperhatikan. 

Trus, gimana cara kita mengatasi virus FOMO tersebut? Karena aku sendiri juga terkena virus ini, jadi masih harus belajar pelan - pelan untuk lepas dari FOMO. Mungkin list dibawah bisa membantu teman - teman untuk melawan FOMO. So, here are some of them :

  1. Mulai untuk tidak comparing hidup sendiri dengan orang lain kecuali dijadikan untuk motivasi. Karena masing - masing akan berjalan sesuai kemampuan dan pola pikirnya. Jadi, be the best version of yourself and walk with your own path! Karena dari sini kamu akan banyak explore hal baru yang jauh lebih bermanfaat.
  2. Batasi penggunaan media sosial atau istilah kerennya Social Media Detox. Kalau menurutku yang benar - benar bisa manage media sosial adalah dirinya sendiri. Kalo sulit, ya memang sulit karena belum terbiasa. Caranya gimana? Paksa diri sendiri dan setting sendiri batas penggunaan dan bagaimana kamu mengonsumsi konten sehari - hari. Intinya lebih bijaksana menggunakan media sosial.
  3. Bersyukur. Dah deh, kalo udah bersyukur pasti hidup rasanya adem bener. Karena syukur tuh salah satu appreciate sama apa yang diberikan Tuhan saat ini. Berat.
  4. Terakhir, jangan takut pada perubahan atau hal - hal baru. Yang kayak gini tuh pasti akan selalu ada dan ngga pernah selesai. Tapi selama kita bisa terapin kontrol dan filter pada perubahan yang datang, pasti rasanya akan jauh lebih tenang dan ngga panikan.
Dari empat tips diatas, jika bisa diterapkan pelan pelan aja, maka yang tadinya FOMO bisa berubah menjadi JOMO. JOMO atau Joy of Missing Out adalah kebalikannya FOMO yang berarti perasaan tenang, nyaman dan merasa cukup atas hidupnya. Bahkan cara dia menyikapi pada arus perubahan atau trend di media sosial dianggap simple. Orang yang JOMO ini biasanya gak mau ribet soal hidup, bahkan cenderung cuek dan malas mengurusi hidup orang lain yang dirasa tidak ada relasi dengan hidupnya. Selain itu, orang yang move on dari FOMO akan lebih bisa menemukan definisi bahagia untuk dirinya sendiri. See the difference kan? 

Okee, semoga tulisan kedua ini bisa membantu teman - teman melawan virus FOMO. Buat yang mau share cerita pengalaman FOMO, boleh banget kok drop di kolom komentar. Thank You!


 
        


Comments

  1. Waah pernah banget nih FOMO, sampe akhirnya udah gakuat pake sosmed dan harus istirahat dari sosmed dulu

    ReplyDelete
    Replies
    1. menghilang bentar dari sosmed : tak kasih jempol 2 nih

      Delete
  2. Astagaa, berarti overthinking parah, cemas, kadang merasa waswas takut terjadi hal-hal yang ga diinginkan waktu cari kuliah tu termasuk indikasi kena FOMO yaaa😭

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts